University of Auckland dari Selandia Baru menjalin kerjasama dengan
sekelompok perusahaan dari Korea Selatan untuk mengembangkan studi
robot. Uniknya, studi ini dipusatkan di perkampungan untuk kaum manula
di Selwyn Village, Auckland.
Para peneliti yang terlibat menggunakan 31 robot dari Korsel dan satu dari Jepang. Serta menggunakan sumber daya manusia sebanyak 100 staf dan 100 warga Selwyn Village. Proyek yang diberi nama The Healthbots ini didanai oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Inovasi. Tujuannya pun cukup mulia; memudahkan hidup kaum manula dan para pengasuhnya.
Sebagai proyek perdana di dunia, proyek ini melibatkan kolaborasi beberapa badan. Di antaranya beberapa perusahaan asal Korsel, Uniservices, Institut Elektronik dan Riset Telekomunikasi (ETRI), Yujin Robot Company, serta ED Corporation dan Isan Solutions.
"Kami ingin membantu orang yang lebih tua agar lebih mandiri di mana pun mereka berada. Serta lebih bahagia dan lebih terhubung secara sosial menggunakan robot sebagai bantuan interaksi," ujar Kepala Proyek The Healthbots Professor Bruce Macdonald. "Kami juga ingin membantu para staf dengan mengerjakan hal-hal mudah dan memberi mereka waktu lebih untuk lebih manusiawi dan lebih peduli."
Proyek ini awalnya diluncurkan tahun 2008 dengan niat awal hanya memberi kuisoner untuk mengetahui apa yang diinginkan masyarakat dari robot kesehatan. Robot awal yang digunakan diberi nama Charlie yang bisa melakukan tugas layaknya perawat, seperti mengukur tekanan darah dan menghibur para penghuni panti jompo.
Selain itu, robot ini juga berperan sebagai penghubung antara penghuni karena dilengkapi dengan Skype di tubuhnya. Dengan demikian, para penghuni panti bisa melihat aktivitas satu sama lain. Ia juga bisa menjadi penjaga karena mampu membunyikan alarm jika ada penghuni panti yang jatuh.
"Robot bisa menyediakaan pilihan menarik dan juga bisa membantu komunikasi dan pemantauan kesehatan," kata Profesor dari General Practice and Primary Healthcare, Ngaire Kerse.
Para peneliti yang terlibat menggunakan 31 robot dari Korsel dan satu dari Jepang. Serta menggunakan sumber daya manusia sebanyak 100 staf dan 100 warga Selwyn Village. Proyek yang diberi nama The Healthbots ini didanai oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Inovasi. Tujuannya pun cukup mulia; memudahkan hidup kaum manula dan para pengasuhnya.
Sebagai proyek perdana di dunia, proyek ini melibatkan kolaborasi beberapa badan. Di antaranya beberapa perusahaan asal Korsel, Uniservices, Institut Elektronik dan Riset Telekomunikasi (ETRI), Yujin Robot Company, serta ED Corporation dan Isan Solutions.
"Kami ingin membantu orang yang lebih tua agar lebih mandiri di mana pun mereka berada. Serta lebih bahagia dan lebih terhubung secara sosial menggunakan robot sebagai bantuan interaksi," ujar Kepala Proyek The Healthbots Professor Bruce Macdonald. "Kami juga ingin membantu para staf dengan mengerjakan hal-hal mudah dan memberi mereka waktu lebih untuk lebih manusiawi dan lebih peduli."
Proyek ini awalnya diluncurkan tahun 2008 dengan niat awal hanya memberi kuisoner untuk mengetahui apa yang diinginkan masyarakat dari robot kesehatan. Robot awal yang digunakan diberi nama Charlie yang bisa melakukan tugas layaknya perawat, seperti mengukur tekanan darah dan menghibur para penghuni panti jompo.
Selain itu, robot ini juga berperan sebagai penghubung antara penghuni karena dilengkapi dengan Skype di tubuhnya. Dengan demikian, para penghuni panti bisa melihat aktivitas satu sama lain. Ia juga bisa menjadi penjaga karena mampu membunyikan alarm jika ada penghuni panti yang jatuh.
"Robot bisa menyediakaan pilihan menarik dan juga bisa membantu komunikasi dan pemantauan kesehatan," kata Profesor dari General Practice and Primary Healthcare, Ngaire Kerse.
Sumber : nationalgeographic.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar